Jonah Soewandito |
"Yang kami tahu dia lahir di Australia," kata salah seorang guru seperti dilansir Sydney Morning Herald akhir pekan lalu.
Keluarga Jonah juga enggan diwawancara media. Menurut salah satu sumber, popularitas bocah yang seharusnya masih kelas 6 SD itu dikhawatirkan bisa mengganggu kondisi psikologisnya.
Jonah masih harus menyelesaikan tes untuk mata pelajaran Fisika, Bahasa Inggris, dan empat paket tes matematika lainnya pada 2015, supaya resmi mendapat ijazah SMA. Sejak kecil bakatnya telah terlihat. Usia 3 tahun, Jonah sanggup membaca dan menulis huruf latin. Tak perlu TK, dia langsung dapat mengikuti intisari pelajaran level SD hanya dalam waktu dua tahun.
Scots College amat membanggakan Jonah. Tak cuma moncer di bidang akademik, bocah jenius itu pernah mewakili sekolahnya lomba robot bola tingkat Negara Bagian New South Wales pada 2012. Jonah dan tiga sobatnya berhasil maju hingga perempat final.
Guru IPA Scots College Chris Metcalfe mengakui selama mengajar, baru kali ini dia menemui murid sejenius Jonah. Tapi para guru sekarang malah khawatir anak itu tertekan.
Maklum, sekarang sehari-hari Jonah belajar bareng siswa SMA yang lebih tua dan perawakannya lebih besar. Selain itu, terbiasa loncat kelas sejak usia empat tahun berisiko membuatnya dewasa sebelum waktunya, sehingga sulit bergaul.
"Untunglah kami lihat kawan-kawannya yang lebih dewasa kini tak sekadar melihatnya sebagai anak pintar. Mereka sering mengajaknya main juga," kata Metcalfe.
Diwawancarai media, Jonah mengaku ingin segera lanjut kuliah bidang kedokteran. Sekolahnya telah menghubungi Universitas Sydney membicarakan kemungkinan bocah semuda itu lanjut studi strata satu.
"Saya ingin menemukan obat kanker, karena itu salah satu penyakit paling mematikan di dunia," kata Jonah. (Merdeka)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar